Selasa, 18 Maret 2014

EKODRAIN SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BERWAWASAN LINGKUNGAN


Drainase (pematusan) merupakan upaya pengendalian limpasan air permukaan yang bersumber dari air hujan dan hasil pemanfaatan Sumber Daya Air (domestik, rumah tangga dan industri). Sumber drainase dari pemanfaatan SDA dapat dibedakan menjadi grey water dan black water. Untuk grey water dan black water sebelum masuk pada sistem drainase harus melalui instalasi pengolahan air limbah. Sedangkan untuk limpasan air permukaan yang bersumber dari air hujan dapat langsung masuk pada sistem drainase. Dimulai dari jaringan drainase permukiman yang masuk pada jaringan drainase tersier, kemudian terkumpul pada drainase sekunder dan bermuara pada drainase primer yaitu badan sungai.

Pada sistem drainase konvensional semua air limpasan permukaan akan secepatnya dialirkan ke sistem drainase. Apabila sistem drainase sudah terbangun dengan baik maka debit air limpasan dapat tertampung pada wadah drainase alami maupun buatan. Namun apabila belum terdapat sistem drainase yang baik akan menjadi permasalahan dalam pengaliran limpasan baik dari volume tampungan mau hierarki drainase (jaringan tersier, sekunder dan primer). Meningkatnya luasan kawasan permukiman dan menurunnya tutupan lahan yang secara alami memiliki fungsi konservasi SDA air (cacthment area) serta ditambah permasalahan alih fungsi lahan yang merupakan daerah genangan air limpasan (perubahan fungsi embung, rawa, badan sungai) oleh aktivitas manusia dalam hal ini pemanfaatan ruang, akan menyebabkan permasalahan pada pengelolaan SDA secara umum (too short, too much and too waste). Kurangnya jumlah debit air pada musim kemarau, berlebihnya debit air limpasan pada musim hujan yang menyebabkan bencana  banjir dan tanah longsor, sampai pada permasalahan tercemarnya air tanah dan air permukaan oleh aktivitas permukiman (limbah domestik, sampah).

Saat ini konsep drainase telah mengalami perubahan dengan berkembangnya "integrated water management in urban areas" yang cenderung untuk menahan air hujan di tempat turunnya. Beberapa konsep drainase yang berwawasan lingkungan adalah “Low Impact Development” (LID) adalah sistim drainase yang berwawasan lingkungan dan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kondisi alam dan hidrologi seperti kondisi awal sebelum dilakukan pembangunan.  Mempertahankan serta meniru proses alam yang ada untuk meminimalkan perubahan debit dan polutan akibat pengembangan wilayah (Dr. Ir. Suseno Darsono, MSc, Tahun 2011). Dalam konsep drainase dengan LID memiliki lima elemen kunci yaitu :
  1. Rancangan sesuai dengan lokasi, rancangan sistem drainase LID harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokasi
  2. Konservasi, pengawetan pada vegetasi (tutupan lahan) dan memeliharan sistem drainase alami
  3. Mengalirkan air hujan ke badan air, mengatur infiltrasi pada daerah genangan air alami dan buatan sampai pada akifer
  4. Kontrol dengan skala kecil, konsep drainase ini meniru proses hidrologi awal
  5. Pemeliharaan dan pendidikan, dimana dalam pemeliharaan dan pengelolaan drainase melibatkan peran serta masyarakat sebagai subjek dan penerima manfaat
Bioretensi merupakan salah satu drainase yang berwawasan lingkungan, dimana bioretensi memiliki manfaat untuk meminimumkan limpasan permukaan dengan memperbesar kapasitas infiltrasi sesuai dengan kondisi alam semula. Fungsi dari biorentensi adalah meminimalkan debit banjir pada pada suatu kawasan dengan meresapkan air hujan kedalam tanah dan memanfaatkan vegetasi (tutupan lahan) yang ada didalamnya untuk menguapkan sebagian air limpasan melalu evapotransiprasi. Biasanya pemanfaatan bioretensi digunakan pada kawasan permukiman, industri dan komersial (jasa), dimana koefesien limpasan air permukaan yang besar sehingga menghasilkan debit air limpasan yang cukup besar. Hal ini memerlukan pengolahan air limpasan permukaan dengan mempertahankan infiltrasi dan filtrasi air (meresapkan sebanyak-banyaknya air limpasan permukaan) agar tidak terjadi genangan air dan meningkatkan kualitas air tanah. Beberapa contoh bioretensi yaitu :





  Gambar 1. Bioretensi pada Kawasan Parkir dapat dimanfaatkan sebagai median, pulau parkir dan saluran drainase wilayah (Dr. Ir. Suseno Darsono, MSc, 2011)


Selain bioretensi dapat juga memanfaatkan saluran rumput sebagai salah satu konsep drainase LID, dimana saluran rumput dapat meminimumkan limpasan permukaan dengan memperbesar kapasitas infiltrasi sesuai dengan kondisi alam semula.
 




             Gambar 2. Drainase dengan menggunakan saluran rumput (Dr. Ir. Suseno Darsono, MSc, 2011)

  
Sistem drainase berkelanjutan dengan tidak menggangu siklus hidrologi alami dan ramah terhadap lingkungan (bersih dari pemcemaran limbah pada dan cair) yang sering disebut Ekodrain. Merupakan salah satu pemanfaatan sistem drainase  pada kawasan perkotaan yang berfungsi mengelola/mengendalikan air permukaan (limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir, dan kekeringan bagi masyarakat, dan bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Terdapat perubahan paradigma sistem drainase konvensional dari sistem drainase pematusan menuju draianse ramah lingkungan / ekodrain. Prinsip dari ekodrain adalah memperbaiki kualitas air pada sistem drainase, menurunkan beban drainase dan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan prasarana drainase (Dr. Suripin, Tahun 2011).




Gambar 3. Perubahan Paradigma Drainase

 Salah satu penerapan dalam sistem ekodrainase adalah menyimpan air hujan dengan fasilitas pemanen air hujan (PAH), dimana fasiltas PAH dibagi menjadi dua yaitu tipe simpanan  dan tipe resapan. Potensi air hujan di Indonesia cukup besar antara 2.000 – 4.000 mm/tahun, apabila diterapkan pemanenan air dapat memberikan manfaat antara lain :
-          sebagai sumber air bersih untuk permukiman (air baku) dan air pertanian (irigasi pada embung)
-          pengisian air tanah
-          menurunkan beban drainase dari debit banjir limpasan permukaan
-          menurunkan koefisien regim sungai (krs)
-          memperbaiki siklus hidrologi



Beberapa penerapan pemanenan air hujan yang dapat dimanfaatkan secara sederhana :

  



Gambar 4. Pemanenan air Hujan pada perumahan dengan bak tampungan (Dr. Suripin,2011)

















 Gambar 5. Pemanenan air Hujan pada perumahan dengan menggunakan sumur resapan (Meneg LH; Suripin dan Kurniani, 2004)




 Gambar 6. Pemanenan air Hujan pada perumahan dengan menggunakan biopori (Kamir R. Brata, IPB)

Konsep ekodrain yang merupakan pengelolaan drainase dengan berwawasan lingkungan diharapkan mampu menjawab permasalahan dalam pengelolaan Sumber Daya Air khususnya pada sektor drainase. Pada masa depan permasalahan dalam pengelolaan drainase antara lain banjir, kerusakan lingkungan dan perubahan tata guna lahan, meningkatnya kebutuhan air bersih berbanding dengan menurunnya kualitas air tanah serta rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase dapat ditanggulangi dengan penanganan sistem drainase yang berwawasan lingkungan (ekodrain). Pada akhirnya akan tercipta kawasan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.


Sumber :
-        EKO-DRAINASE, Materi Materi Diseminasi dan Sosialiasasi Keteknikan Bidang PLP Tahun 2011, Dr. Suripin.
-      Drainase, Materi Diseminasi dan Sosialiasasi Keteknikan Bidang PLP Tahun 2011, Dr. Ir. Suseno Darsono, MSc.
-        Teknik Pembuatan Lubang Resapan Biopori Untuk Konservasi Tanah dan Air Serta Penanggulangan Sampah Kamir R. Brata Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SIMAK ARTIKEL LAIN YANG MENYENANGKAN....